LIPUTAN
SERAH TERIMA DONASI KAMERA DARI SONY INDONESIA KE FAKULTAS FILM DAN TELEVISI INSTITUT KESENIAN JAKARTA
(Jum’at 22 Juli 2022)
Kegiatan serah terima bantuan 3 buah kamera Sony (Sony FS 7 Mark II, Sony FS 5 Mark II, dan Sony A7s Mark II) dari PT. Sony Indonesia kepada Fakultas Film dan Televisi – Institut Kesenian Jakarta (FFTV IKJ) dilangsungkan pada Jum’at, 22 Juli 2022 pukul 10.00 WIB, bertempat di studio Sjumandjaja FFTV IKJ.
Donasi kamera ini diserahan langsung oleh President Director PT. Sony Indonesia, Koji Sekiguchi kepada Dekan FFTV IKJ, Hanief Jerry, M.Sn. dan disaksikan oleh Rektor Institut Kesenian Jakarta, Dr. Indah Tjahjawulan, M.Sn. beserta jajaran pimpinan dan staf FFTV IKJ.
Kegiatan donasi kamera ini merupakan bagian dari kerja sama yang sudah dijalin PT. Sony Indonesia dengan FFTV IKJ sejak tahun 2021. Koji Sekiguchi menegaskan bahwa ini adalah kontribusi PT. Sony Indonesia terhadap dunia pendidikan, khususnya bidang perfilman. Koji berharap dengan bantuan kamera ini, selain merupakan implementasi dari CSR PT. Sony Indonesia kepada dunia pendidikan di Indonesia, juga dapat menstimulasi mahasiswa FFTV IKJ untuk menghasilkan karya-karya film yang berkualitas dan berprestasi dalam kancah perfilman nasional maupun internasional.
DI Product Marketing Assistant Manager, Fae Dea Adelia menambahkan bahwa kerja sama ke depan antara PT. Sony Indonesia dengan FFTV IKJ akan melanjutkan program rutin Master Class dengan menghadirkan para tokoh sineas Indonesia, workshop berupa hands-on kamera seri cinema line Sony dan sertifikasi kompetensi mahasiswa FFTV IKJ dalam optimalisasi penggunaan kamera Sony, khususnya seri cinema line Sony.
Dekan FFTV IKJ, Hanief Jerry menyampaikan bahwa donasi kamera dari PT. Sony Indonesia kepada FFTV IKJ merupakan bukti nyata sinergitas antara dunia akademik dengan dunia industri. Peralatan ini akan digunakan oleh mahasiswa FFTV IKJ untuk menghasilkan karya-karya film, tidak hanya untuk tugas akhir saja, tetapi juga untuk tugas mata kuliah dan praktika terpadu mahasiswa FFTV IKJ. Perkembangan teknologi perfilman dan televisi terus berkembang. Jika tanpa ada dukungan dan kerja sama dari dunia industri yang mendukung perkembangan teknologi, dunia akademik pasti akan kesulitan untuk mengikuti perkembangan dan perubahan dunia industrinya.
Penulis: Tim Kerjasama FFTV IKJ
LIPUTAN
MINIKINO FILM WEEK 8: Post Festival Roadshow Jakarta
Kamis, 10 Desember 2022
Post Festival Roadshow adalah sebuah acara penayangan kompilasi film pendek pemenang Minikino Film Week 8 (MFW 8) yang sempat dihelat pada 2-10 September 2022 oleh Minikino di Bali. Roadshow ini diselenggarakan di 8 kota: Aceh, Cirebon, Jakarta, Kupang, Padang Panjang, Palu, Tangerang, serta Yogyakarta dan berlangsung selama bulan Oktober-November. Teruntuk di Jakarta, penayangan bertempat di Goethe-Institut, tanggal 9 November 2022. Adapun acara ini didukung langsung oleh Kemendikbud, Dana Indonesiana, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)
Film-film pendek yang ditayangkan hadir dengan keberagamannya masing-masing. Penonton disuguhkan enam film pendek dari enam negara yang berbeda. WORK IT CLASS, Pol Diggler/Spanyol (MFW8 Best Programmer’s Choice), MORA MORA, Jurga Seduikyte/Lithuania (MFW8 Best Children Short), EYES AND HORNS, Chaerin Im/Korea Selatan (MFW8 Best Animation Short), ANGLE MORT, Lotfi Achour/Prancis (MFW8 Best Audio Visual Experimental Short), THE SOUND OF THE TIME, Jeissy Trompiz/Kolombia (MFW8 Best Documentary Short), serta WARSHA, Dania Bdeir/Lebanon (MFW8 Best Short Film of The Year 2022).
“Semoga tontonan malam ini bisa memperbaiki batin kita semua.”
Ucap Edo Mulia selaku festival director dari MFW 8 sesaat sebelum film pertama diputar.
Edo pun menjelaskan bahwa Minikino Film Week adalah festival film internasional yang memiliki fokus pada penayangan film pendek. Festival ini berlangsung setiap tahun dan sudah diselenggarakan sejak 2015. “Rata-rata tiap tahun kami menerima 900 film pendek yang pada akhirnya terkurasi menjadi 200 film” ucapnya.
Jika melihat dari laman resmi Minikino, perhelatan ke-9 Minikino Film Week (MFW 9) akan berlangsung pada 15 September 2023 sampai 23 September 2023. Untuk periode submisi filmnya sendiri akan mulai dibuka pada 1 Desember 2022 sampai 30 April 2023.
Di akhir acara, pihak Minikino melakukan sesi Q&A bersama para penonton selama kurang lebih selama 15 menit. Teman-teman volunteer penyelenggara Roadshow ini pun dikumpulkan di depan panggung selama sesi Q&A berlangsung. Teman-teman volunteer Post Festival Roadshow ini adalah teman-teman yang juga membantu penyelenggaran Minikino Film Week ke-8 September lalu. Dalam sesi QnA, Edo menjelaskan bahwa rangkaian acara Post Festival Roadshow akan ditutup di Aceh sebagai kota terakhir perhelatan acara ini yang akan berlangsung pada Jumat, 11 November 2022.
Micko Boanerges
LIPUTAN
PIALA CITRA FFI 2022: Dedikasikan untuk Para Perempuan yang Penuh Citra, Karya dan Karsa
Piala Citra Festival Film Indonesia kembali diadakan pada tahun ini di tanggal 22 November 2022. Acara tersebut dihadiri oleh begitu banyak filmmaker dan pemain film Indonesia, diantaraya yang menerima nominasi untuk bakat serta karya film mereka masing-masing. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Festival Film Indonesia memiliki sejumlah kategori dengan para pemenangnya yang membawa pulang Piala Citra.
Pengumuman pemenang dimulai dari kategori Film Animasi Pendek Terbaik yang diraih oleh film Blackout karya sutradara Faiz Azhar dan diikuti oleh M. Reza Fahriansyah untuk Dancing Colors di kategori Film Cerita Pendek Terbaik. Gemailla Gea Geriantiana memenangkan piala untuk film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas sebagai Penata Busana Terbaik dan Eba Sheba menang untuk film Kadet 1947 sebagai Penata Rias Terbaik. Putri Marino sebagai Pemeran Pendukung Perempuan Terbaik dalam film Losmen Bu Broto dan Slamet Rahardjo Djarot untuk film Cinta Pertama, Kedua dan Ketiga. Ketika menemui para wartawan media di Press Room, Pak Slamet memberikan sebuah kata mutiara.
“Dari tahun 70 ya, sampai sekarang, saya masih berada di sini. Dan pesan saya cuma satu, karena banyak sekali sekarang, aktor dan aktris yang berpatuh saya cuma titip, cintailah pekerjaanmu jika kamu telah menetapkan hidup adalah profesimu,” ucap Pak Slamet. Beliau telah meraih Piala Citra 6 kali dan dua diantaranya adalah untuk kategori Pemeran Utama Pria di Festival Film Indonesia.
Penghargaan Khusus Dewan Juri Akhir untuk Film Cerita Pendek diberikan kepada film Membicarakan Kejujuran Diana karya sutradara Angkasa Ramadhan. Penghargaan berikutnya adalah kategori Penata Efek Visual Terbaik yang dimenangkan oleh Abby Eldipie untuk film Pengabdi Setan 2: Communion. Akhmad Fesdi Anggoro memenangkan kategori Penyunting Gambar Terbaik sedangkan Ricky Lionardi memenangkan kategori Penata Musik Terbaik, keduanya untuk film Before, Now & Then (Nana). Andi Rianto dan Monty Tiwa berkolaborasi dalam film Backstage yang mendapat penghargaan Pencipta Lagu Tema Terbaik. Selanjutnya, Piala Citra untuk kategori Penata Suara Terbaik diberikan kepada Mohamad Ikhsan dan Anhar Moha dalam film Pengabdi Setan 2: Communion.
Film Before, Now & Then (Nana) kembali memenangkan dua kategori berikutnya yaitu, Vida Sylvia sebagai Pengarah Artistik Terbaik dan Batara Goempar, I.C.S. sebagai Pengarah Sinematografi Terbaik. Batara Goempar merupakan salah satu alumni Institut Kesenian Jakarta. Rina Melati merupakan aktris senior yang sudah wafat dan memenangkan penghargaan Pengabdian Seumur Hidup untuk Film tahun ini. Keluarganya naik ke atas panggung untuk menerima Piala Citra sebagai perwakilan sambil menahan tangisan. Atas nama Almarhumah, Penghargaan Rima Melati dengan kategori Aktris Pilihan Penonton diberikan kepada Aghniny Haque dalam film Mencuri Raden Saleh.
Alumni sekaligus dosen aktif FFTV IKJ, Erina Adeline Tandian, berhasil meraih Penghargaan Tanete Pong Masak untuk kategori karya Kritik Film Terbaik dengan karya Perempuan Sebagai Ilusi: Politik Seksual Film Love for Sale.
“Sebab, sebuah film tidak berhenti sampai ketika film tersebut ditonton atau didistribusikan kepada para pemirsanya saja, melainkan dapat terus mengalir dalam bentuk tulisan meupun karya non-tulisan di era media baru ini dari para kritikus dan pengkajinya, yang nantinya hasil temuannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas perfilman Indonesia dan dunia agar semakin lebih baik lagi kedepannya,” ujar Erina ketika menerima Piala Citra di atas panggung.
Penghargaan Benyamin Sueb untuk kategori Aktor Pilihan Penonton diraih oleh Vino G. Bastian dalam film Miracle in Cell no.7, sementara Penghargaan Ratna Asmara untuk kategori Film Pilihan Penonton adalah film Mencuri Raden Saleh yang diproduksi oleh Visinema Pictures dan produser Cristian Immanuel. Kembali ke kategori umum yang tersisa, Makbul Mubarak berhasil meraih penghargaan untuk kategori Penulis Skenario Asli Terbaik untuk film Autobiography. Kategori Penulis Skenario Adaptasi Terbaik dimenangkan oleh Edwin dan Eka Kurniawan untuk film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Film Gimbal, karya alumni IKJ Sidiq Ariyadi, mendapatkan penghargaan untuk kategori Film Dokumenter Pendek Terbaik dan film Ininnawa: An Island Calling memenangkan kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik.
Rangkaian acara pun diakhiri oleh empat kategori utama. Tiga kategori yaitu Pemeran Utama Pria Terbaik, Pemeran Utama Perempuan Terbaik, dan Sutradara Terbaik dimenangkan oleh Marthino Lio, Ladya Cheryl, dan Edwin, secara berurutan, untuk film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Film Panjang Terbaik sebagai kategori terakhir dimenangkan oleh film Before, Now & Then (Nana).
Film Before, Now & Then (Nana) dan Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas berhasil mengumpulkan 5 Piala Citra masing-masing. Dengan pencapaian yang monumental ini, perfilman Indonesia senantiasa menunjukkan perkembangannya dalam industri. Namun, apresiasi tertinggi yang ditunjukkan oleh Festival Film Indonesia tahun ini adalah dedikasinya untuk para sineas perempuan yang penuh citra, karya dan kasih.
Sumber Gambar: Dokumentasi Majalah Aksi (M. Sulthan Bahri)
LIPUTAN
Silang Media “Setelah Lewat Djam Malam”: Dua Media Satu Cerita
24/11/2022
Sebuah konferensi pers persembahan karya seni bertajuk CollaboNation yang diselenggarakan oleh kawankawan Media yang dihadiri oleh produser, sutradara, perwakilan kementiran kebudayaan dan para pemain.
Merupakan sebuah kolaborasi karya seni yang menyilangkan atau “mengawinkan” antara karya seni film dengan pertunjukan. Dimana dua karya tersebut dipersembahkan secara bersamaan namun dalam panggung pertunjukan.
Film yang disilangkan dengan pertunjukan disini mengambil dari karya film besar Indonesia klasik berjudul Lewat Djam Malam karya sutradara Usmar Ismail dan penulis Asrul Sani. Kemudian diberi judul Setelah Lewat Djam Malam hasil dari persilangan tersebut.
Yulia Evina Bhara selaku produser dari persembahan karya silang media ini mengatakan bahwa persembahan ini merupakan sebuah perayaan kesenian dan juga untuk mengingat sebuah karya film klasik Indonesia yang memiliki nilai estetika dan tema yang sangat penting untuk di masa itu bahkan masa kini dan untuk mempersembahkan kembali, namun dengan media yang baru dimana media yang digunakan untuk persembahan sekarang yaitu dengan menyilangkan seni film tersebut dengan seni pertunjukan.
Film ini sendiri menceritakan kisah ketika Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan Belanda. Pada masa itu, tentara masih berusaha menguasai keadaan dan menyelenggarakan jam malam di Kota Bandung.
Yudi Ahmad Tajudin selaku sutradara dari pertunjukan ini menjelaskan bahwa persilangan media ini berbeda dengan alih wahana. Dimana pada persilangan media ini, media sebelumnya yang digunakan adalah film, tetap hadir dan ikut dalam persembahan baru setelah disilangkan.
Sutradara melanjutkan bahwa pada persilangannya, media-media ini seperti berdialog dalam suatu persembahan dan keduanya sama-sama menjadi bagian utuh dalam penggung pertunjukan karya seni yang baru.
Lukman Sardi, salah satu pemain dalam pertunjukan, menambahkan bahwa persilangan media ini merupakan sebuah rentetan sejarah tentang kesenian yang mana ia cukup dekat dengan film yang diangkat dan sangat tertarik dengan konsep persilangan media ini.
Persilangan media ini tak hanya menghadirkan panggung pertunjukan namun juga berdampingan dengan film yang diangkat, dimana film akan mempengaruhi pertunjukan dan pertunjukan akan mempengaruhi film.
Pertunjukan silang media ini akan diselenggarakan pada tanggal 2 dan 3 Desember 2022 di Taman Ismail Marzuki (Graha Bhakti Budaya).
Idzhar Abdurroziq – Collaborator Majalah Aksi
- SERBA-SERBI2 tahun ago
5 Rekomendasi Film tentang Kesehatan Mental
- KRITIK FILM2 tahun ago
Lewat Djam Malam: Iskandar yang Ingin Lari dari Kebebasan
- E-MAGAZINE2 tahun ago
Press Issue / Februari 2023
- KRITIK FILM2 tahun ago
Representasi Pendidikan Asia pada Film 3 Idiots (2009)
- KRITIK FILM2 tahun ago
MESHES OF THE AFTERNOON: Hidup, Mati, dan Hasrat Alam Bawah Sadar
- KRITIK FILM2 tahun ago
Ringroad: Tentang Penguasaan Struktur Sosial yang Terus Mengitari Kota Besar dan Merugikan Orang-Orang Kelas Bawah
- LIPUTAN2 tahun ago
PILAR Duduk Melingkar: Menulis Kemenangan
- KRITIK FILM2 tahun ago
Ulasan Film “21” Karya Robert Luketic (2008)