Connect with us

LIPUTAN

Working In The creaTive industrY (WITTY): Panduan Para Pemuda untuk Berkarya di Industri Kreatif

Published

on

Working In The creaTive industrY (WITTY)

WITTY Creative Talk: Success in the Creativity Industry, sebuah seminar edukasi, telah dihadari oleh lebih dari 100 peserta yang merupakan siswa SMA/SMK, mahasiswa, dan anak muda lainnya pada tanggal 27 Oktober lalu. Acara tersebut adalah kerjasama antara Prestasi Junior Indonesia (PJI) dengan The Walt Disney Company dan diselenggarakan di @America, Pacific Place.

WITTY (Working In The creaTive industrY) merupakan program yang dirancang oleh The Walt Disney Company untuk memotivasi kaum muda Indonesia agar memiliki inisiatif dalam merancing karirnya sejak di bangku sekolah, terutama di industri kreatif. Program itu memiliki lima pembicara sekaligus pekerja industri dengan portofolio masing-masing yang mengesankan.

Pembicara pertama adalah Bismarka Kurniawan, founder dan CEO Bumilangit Entertainment. Mas Koko, nama panggilan untuk beliau, membahas tentang masa depan dari industri kreatif dan peluang kerja di Indonesia melalui pengalamannya dalam mengembangkan Bumilangit Entertainment hingga memperoleh kesuksesannya. Mas Koko menunjukan hasil penelitiannya terhadap beberapa contoh kasus di industri kreatif melalui infografis, seperti jumlah penonton, negara dengan harga tiket termurah di dunia adalah Indonesia, serta pentingnya kehadiran hiburan untuk masyarakat melalui infografis.

Beliau berbagi tentang job description yang banyak dibutuhkan di industri kreatif seperti scriptwriter, VFX artist, ilustrator, dan animation artist lalu memberitahukan kontribusi yang diberikan oleh masing-masing peran. Kemudian, mas Koko menjelaskan bagaimana Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan kemampuan storytelling melengkapi satu sama lain dalam  mengembangkan bisnis melalui kemitraan dan berkolaborasi, sehingga menjadi senjata yang ampuh untuk para pemuda berkarya. Ia juga menekankan dampak dari ketidakseimbangan faktor terbentuknya pembuatan konten di industri berdasarkan pengalamannya.

“Ini sedikit dari pembelajaran yang saya alami, opportunity dan demand dari para platform [penyedia] konten dan platform provider lainnya mintanya banyak dan cepat, tapi resource atau tenaga ahli negara kita ini, akibatnya jadi belum terkejar,” ujar Mas Koko.

Pembicara berikutnya adalah Mira Lesmana, founder Miles Films dan produser film. Setelah penayangan behind the scenes dari film Ada Apa dengan Cinta? 2, beliau menceritakan tentang hubungan kerjasama antara kru dengan dirinya, pentingnya membangun chemistry antar pemain, serta tahap development yang dilalui untuk mematangkan cerita. Mba Mira juga menawarkan beberapa pertimbangan dalam membuat film sebagai seorang produser, seperti memiliki motivasi dan alasan yang kuat, menentukan target audience, serta menikmati proses development hingga matang sebelum melanjutkan ke tahap produksi.

Mba Mira menegaskan fungsi film yang lebih dari sekadar hiburan. Beliau berkata bahwa film menjadi wadah penyampaian isu yang tidak harus selalu berbobot dan film Ada Apa dengan Cinta? 2, yang memiliki fungsi utama untuk menghibur melalui kisah percintaan anak SMA, menyampaikan isu berupa kemajuan seni kontemporer di Yogyakarta. Isu seperti itu sangat penting bagi mba Mira sebagai seorang filmmaker dan memberikan pengalaman yang beragam untuk penonton selain merasa terhibur.

“Setiap film yang kita buat, personally, it has to be important and urgent untuk dibuat,” kata mba Mira kepada para peserta.

Selanjutnya adalah gabungan dari tiga pembicara yaitu Andre Surya, Hanung Bramantyo, dan Prilly Latuconsina. Prilly, seorang aktris sekaligus produser, mendapatkan giliran pertama karena sedang di tengah produksi dan mengikuti acara melalui platform Zoom, sehingga memiliki jumlah waktu berbicara yang lebih sedikit. Meskipun begitu, ia mampu berbagi pesan yang bermakna bagi para peserta. Prilly memulai sesinya dengan membicarakan tentang fokus utamanya dalam bekerja di belakang layar dan sudah memproduksi tiga series dari production house miliknya.

Prilly sadar penuh akan fenomena perlakuan terhadap perempuan di dalam industri yang membuat mereka tidak merasa aman dan nyaman untuk bekerja. Ia menjelaskan bagaimana peran produser yang dijabaninya menjadi sangat penting dalam menjaga lingkungan syuting yang kondusif.

“Tugas aku sebagai produser perempuan adalah mengedukasi para kru dan pemain sebelum kita syuting. Kita berkumpul dulu bersama untuk sama-sama memberikan batas antara bercanda yang boleh dan perilaku yang boleh. Sehingga bisa mencegah sexual harassment dan hal lainnya,” ucap Prilly.

Pembicara berikutnya adalah Hanung Bramantyo, sutradara film yang senior, yang menyampaikan begitu banyak pesan bermakna perihal bekerja di industri. Mas Hanung, panggilan untuk beliau, membicarakan tentang pentingnya kemampuan berkomunikasi dengan orang lain dan diri sendiri dalam menyalurkan kreativitas. Beliau memperjuangkan cita-citanya untuk menjadi filmmaker dengan menyakinkan orangtuanya yang sempat ragu akan pilihan karir beliau. Ambisi mas Hanung sangat tinggi untuk terus membuktikan dirinya hingga menjadi salah satu sutradara ternama di Indonesia. Selain itu, beliau menekankan manfaat dari sekolah dan mempelajari materi yang diminati.

Mas Hanung senantiasa menekankan kemampuan berkomunikasi yang sangat berpengaruh terhadap proses kreativitas. Beliau menceritakan pengalamannya dalam melalukan riset dan menjalankan tahap development untuk salah satu garapannya, Bumi Manusia, yang diadaptasi dari buku oleh Pramoedya Ananta Toer dengan judul yang sama. Sebelum berbagi dengan kru maupun penonton, mas Hanung berkomunikasi dengan dirinya sendiri terlebih dahulu. Beliau berbincang dengan dirinya sendiri mengenai ide yang harus diartikulasikan serta membangun fondasi untuk mewujudkan kepentingan dari dibuatnya film tersebut.

“Why? Semua pertanyaan itu dari why. Kalau saya tidak bisa menjelaskan atau menjawab pertanyaan itu dengan sangat artikulatif, maka film saya tidak akan pernah terbaca. Karena saya tidak bisa berkomunikasi dengan diri saya sendiri,” ujar mas Hanung.

Pembicara terakhir adalah Andre Surya, founder Enspire Studio dan Enspire School of Digital Art. Mas Andre menceritakan perjalanannya dengan animasi, dimulai dari hobinya dalam bermain game sejak kecil hingga berhasil menjadi seorang animator saat ini dengan pencapaian yang luar biasa. Beliau berkata bahwa passion adalah pendorong yang sangat penting dalam meraih mimpinya. Setelah menghabiskan banyak waktu bermain game di masa mudanya, mas Andre memutuskan untuk menghasilkan game buatannya sendiri. Beliau juga mempelajari 3D animation saat duduk di bangku kelas tiga SMA 3 dan menjadi kecanduan dalam menciptakan game yang kemudian memperoleh penghargaan internasional. Mas Andre merasa sangat yakin dengan minatnya dan bertekad keras untuk fokus sepenuhnya pada animasi.

Lalu, mas Andre memberikan tanggapannya terhadap bakat yang dimiliki pemuda Indonesia dalam memenuhi ekspektasi dan peluang yang tersedia melalui penayangan film animasi yang dibuat oleh beliau dengan timnya. Beliau menceritakan tentang proses dari pembuatan film tersebut yang berdurasi lima menit dan menjadikannya bukti bahwa orang Indonesia sudah bisa mengejar kualitas animasi yang dibuat oleh negara lain. Mas Andre menyampaikan aspirasinya untuk memajukan animasi sebagai bagian dari industri kreatif di Indonesia.

“[Tahun] 2012 saya balik [ke Indonesia]. Saya punya mimpi untuk menunjukkan seperti saya, dengan saya buat karya terus, ingin menunjukkan kalau kita, as a team, itu sebenernya bisa lho bikin karya yang gak kalah dengan luar negeri dan ini buktinya,” ucap mas Andre.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LIPUTAN

MINIKINO FILM WEEK 8: Post Festival Roadshow Jakarta

Published

on

MINIKINO FILM WEEK 8: Post Festival Roadshow Jakarta

Kamis, 10 Desember 2022

Post Festival Roadshow adalah sebuah acara penayangan kompilasi film pendek pemenang Minikino Film Week 8 (MFW 8) yang sempat dihelat pada 2-10 September 2022 oleh Minikino di Bali. Roadshow ini diselenggarakan di 8 kota: Aceh, Cirebon, Jakarta, Kupang, Padang Panjang, Palu, Tangerang, serta Yogyakarta dan berlangsung selama bulan Oktober-November. Teruntuk di Jakarta, penayangan bertempat di Goethe-Institut, tanggal 9 November 2022. Adapun acara ini didukung langsung oleh Kemendikbud, Dana Indonesiana, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)

Film-film pendek yang ditayangkan hadir dengan keberagamannya masing-masing. Penonton disuguhkan enam film pendek dari enam negara yang berbeda. WORK IT CLASS, Pol Diggler/Spanyol (MFW8 Best Programmer’s Choice), MORA MORA, Jurga Seduikyte/Lithuania (MFW8 Best Children Short), EYES AND HORNS, Chaerin Im/Korea Selatan (MFW8 Best Animation Short), ANGLE MORT, Lotfi Achour/Prancis (MFW8 Best Audio Visual Experimental Short), THE SOUND OF THE TIME, Jeissy Trompiz/Kolombia (MFW8 Best Documentary Short), serta WARSHA, Dania Bdeir/Lebanon (MFW8 Best Short Film of The Year 2022).

“Semoga tontonan malam ini bisa memperbaiki batin kita semua.”

Ucap Edo Mulia selaku festival director dari MFW 8 sesaat sebelum film pertama diputar.

Edo pun menjelaskan bahwa Minikino Film Week adalah festival film internasional yang memiliki fokus pada penayangan film pendek. Festival ini berlangsung setiap tahun dan sudah diselenggarakan sejak 2015. “Rata-rata tiap tahun kami menerima 900 film pendek yang pada akhirnya terkurasi menjadi 200 film” ucapnya.

Jika melihat dari laman resmi Minikino, perhelatan ke-9 Minikino Film Week (MFW 9) akan berlangsung pada 15 September 2023 sampai 23 September 2023. Untuk periode submisi filmnya sendiri akan mulai dibuka pada 1 Desember 2022 sampai 30 April 2023.

Di akhir acara, pihak Minikino melakukan sesi Q&A bersama para penonton selama kurang lebih selama 15 menit. Teman-teman volunteer penyelenggara Roadshow ini pun dikumpulkan di depan panggung selama sesi Q&A berlangsung. Teman-teman volunteer Post Festival Roadshow ini adalah teman-teman yang juga membantu penyelenggaran Minikino Film Week ke-8 September lalu. Dalam sesi QnA, Edo menjelaskan bahwa rangkaian acara Post Festival Roadshow akan ditutup di Aceh sebagai kota terakhir perhelatan acara ini yang akan berlangsung pada Jumat, 11 November 2022.

Micko Boanerges

Continue Reading

LIPUTAN

PIALA CITRA FFI 2022: Dedikasikan untuk Para Perempuan yang Penuh Citra, Karya dan Karsa

Published

on

PIALA CITRA FFI 2022

Piala Citra Festival Film Indonesia kembali diadakan pada tahun ini di tanggal 22 November 2022. Acara tersebut dihadiri oleh begitu banyak filmmaker dan pemain film Indonesia, diantaraya yang menerima nominasi untuk bakat serta karya film mereka masing-masing. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Festival Film Indonesia memiliki sejumlah kategori dengan para pemenangnya yang membawa pulang Piala Citra.

Pengumuman pemenang dimulai dari kategori Film Animasi Pendek Terbaik yang diraih oleh film Blackout karya sutradara Faiz Azhar dan diikuti oleh M. Reza Fahriansyah untuk Dancing Colors di kategori Film Cerita Pendek Terbaik. Gemailla Gea Geriantiana memenangkan piala untuk film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas sebagai Penata Busana Terbaik dan Eba Sheba menang untuk film Kadet 1947 sebagai Penata Rias Terbaik. Putri Marino sebagai Pemeran Pendukung Perempuan Terbaik dalam film Losmen Bu Broto dan Slamet Rahardjo Djarot untuk film Cinta Pertama, Kedua dan Ketiga. Ketika menemui para wartawan media di Press Room, Pak Slamet memberikan sebuah kata mutiara.

“Dari tahun 70 ya, sampai sekarang, saya masih berada di sini. Dan pesan saya cuma satu, karena banyak sekali sekarang, aktor dan aktris yang berpatuh saya cuma titip, cintailah pekerjaanmu jika kamu telah menetapkan hidup adalah profesimu,” ucap Pak Slamet. Beliau telah meraih Piala Citra 6 kali dan dua diantaranya adalah untuk kategori Pemeran Utama Pria di Festival Film Indonesia.

Penghargaan Khusus Dewan Juri Akhir untuk Film Cerita Pendek diberikan kepada film Membicarakan Kejujuran Diana karya sutradara Angkasa Ramadhan. Penghargaan berikutnya adalah kategori Penata Efek Visual Terbaik yang dimenangkan oleh Abby Eldipie untuk film Pengabdi Setan 2: Communion. Akhmad Fesdi Anggoro memenangkan kategori Penyunting Gambar Terbaik sedangkan Ricky Lionardi memenangkan kategori Penata Musik Terbaik, keduanya untuk film Before, Now & Then (Nana). Andi Rianto dan Monty Tiwa berkolaborasi dalam film Backstage yang mendapat penghargaan Pencipta Lagu Tema Terbaik. Selanjutnya, Piala Citra untuk kategori Penata Suara Terbaik diberikan kepada Mohamad Ikhsan dan Anhar Moha dalam film Pengabdi Setan 2: Communion.

Film Before, Now & Then (Nana) kembali memenangkan dua kategori berikutnya yaitu, Vida Sylvia sebagai Pengarah Artistik Terbaik dan Batara Goempar, I.C.S. sebagai Pengarah Sinematografi Terbaik. Batara Goempar merupakan salah satu alumni Institut Kesenian Jakarta. Rina Melati merupakan aktris senior yang sudah wafat dan memenangkan penghargaan Pengabdian Seumur Hidup untuk Film tahun ini. Keluarganya naik ke atas panggung untuk menerima Piala Citra sebagai perwakilan sambil menahan tangisan. Atas nama Almarhumah, Penghargaan Rima Melati dengan kategori Aktris Pilihan Penonton diberikan kepada Aghniny Haque dalam film Mencuri Raden Saleh.

Alumni sekaligus dosen aktif FFTV IKJ, Erina Adeline Tandian, berhasil meraih Penghargaan Tanete Pong Masak untuk kategori karya Kritik Film Terbaik dengan karya Perempuan Sebagai Ilusi: Politik Seksual Film Love for Sale.

“Sebab, sebuah film tidak berhenti sampai ketika film tersebut ditonton atau didistribusikan kepada para pemirsanya saja, melainkan dapat terus mengalir dalam bentuk tulisan meupun karya non-tulisan di era media baru ini dari para kritikus dan pengkajinya, yang nantinya hasil temuannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas perfilman Indonesia dan dunia agar semakin lebih baik lagi kedepannya,” ujar Erina ketika menerima Piala Citra di atas panggung.

Penghargaan Benyamin Sueb untuk kategori Aktor Pilihan Penonton diraih oleh Vino G. Bastian dalam film Miracle in Cell no.7, sementara Penghargaan Ratna Asmara untuk kategori Film Pilihan Penonton adalah film Mencuri Raden Saleh yang diproduksi oleh Visinema Pictures dan produser Cristian Immanuel. Kembali ke kategori umum yang tersisa, Makbul Mubarak berhasil meraih penghargaan untuk kategori Penulis Skenario Asli Terbaik untuk film Autobiography. Kategori Penulis Skenario Adaptasi Terbaik dimenangkan oleh Edwin dan Eka Kurniawan untuk film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Film Gimbal, karya alumni IKJ Sidiq Ariyadi, mendapatkan penghargaan untuk kategori Film Dokumenter Pendek Terbaik dan film Ininnawa: An Island Calling memenangkan kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik.

Rangkaian acara pun diakhiri oleh empat kategori utama. Tiga kategori yaitu Pemeran Utama Pria Terbaik, Pemeran Utama Perempuan Terbaik, dan Sutradara Terbaik dimenangkan oleh Marthino Lio, Ladya Cheryl, dan Edwin, secara berurutan, untuk film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Film Panjang Terbaik sebagai kategori terakhir dimenangkan oleh film Before, Now & Then (Nana).

Film Before, Now & Then (Nana) dan Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas berhasil mengumpulkan 5 Piala Citra masing-masing. Dengan pencapaian yang monumental ini, perfilman Indonesia senantiasa menunjukkan perkembangannya dalam industri. Namun, apresiasi tertinggi yang ditunjukkan oleh Festival Film Indonesia tahun ini adalah dedikasinya untuk para sineas perempuan yang penuh citra, karya dan kasih.

Sumber Gambar: Dokumentasi Majalah Aksi (M. Sulthan Bahri)

Continue Reading

LIPUTAN

Silang Media “Setelah Lewat Djam Malam”: Dua Media Satu Cerita

Published

on

Silang Media “Setelah Lewat Djam Malam”: Dua Media Satu Cerita

24/11/2022

Sebuah konferensi pers persembahan karya seni bertajuk CollaboNation yang diselenggarakan oleh kawankawan Media yang dihadiri oleh produser, sutradara, perwakilan kementiran kebudayaan dan para pemain.

Merupakan sebuah kolaborasi karya seni yang menyilangkan atau “mengawinkan” antara karya seni film dengan pertunjukan. Dimana dua karya tersebut dipersembahkan secara bersamaan namun dalam panggung pertunjukan.

Film yang disilangkan dengan pertunjukan disini mengambil dari karya film besar Indonesia klasik berjudul Lewat Djam Malam karya sutradara Usmar Ismail dan penulis Asrul Sani. Kemudian diberi judul Setelah Lewat Djam Malam hasil dari persilangan tersebut.

Yulia Evina Bhara selaku produser dari persembahan karya silang media ini mengatakan bahwa persembahan ini merupakan sebuah perayaan kesenian dan juga untuk mengingat sebuah karya film klasik Indonesia yang memiliki nilai estetika dan tema yang sangat penting untuk di masa itu bahkan masa kini dan untuk mempersembahkan kembali, namun dengan media yang baru dimana media yang digunakan untuk persembahan sekarang yaitu dengan menyilangkan seni film tersebut dengan seni pertunjukan.

Film ini sendiri menceritakan kisah ketika Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan Belanda. Pada masa itu, tentara masih berusaha menguasai keadaan dan menyelenggarakan jam malam di Kota Bandung.

Yudi Ahmad Tajudin selaku sutradara dari pertunjukan ini menjelaskan bahwa persilangan media ini berbeda dengan alih wahana. Dimana pada persilangan media ini, media sebelumnya yang digunakan adalah film, tetap hadir dan ikut dalam persembahan baru setelah disilangkan.

Sutradara melanjutkan bahwa pada persilangannya, media-media ini seperti berdialog dalam suatu persembahan dan keduanya sama-sama menjadi bagian utuh dalam penggung pertunjukan karya seni yang baru.

Lukman Sardi, salah satu pemain dalam pertunjukan, menambahkan bahwa persilangan media ini merupakan sebuah rentetan sejarah tentang kesenian yang mana ia cukup dekat dengan film yang diangkat dan sangat tertarik dengan konsep persilangan media ini.

Persilangan media ini tak hanya menghadirkan panggung pertunjukan namun juga berdampingan dengan film yang diangkat, dimana film akan mempengaruhi pertunjukan dan pertunjukan akan mempengaruhi film.

Pertunjukan silang media ini akan diselenggarakan pada tanggal 2 dan 3 Desember 2022 di Taman Ismail Marzuki (Graha Bhakti Budaya).

Idzhar Abdurroziq – Collaborator Majalah Aksi

Continue Reading

Trending

Daftar News