Connect with us

LIPUTAN

September Ceria: Ketika Mahasiswa FFTV Bejaring

Published

on

September Ceria: Ketika Mahasiswa FFTV Bejaring

Bulan kesembilan pada tahun 2022 ini menjadi salah satu titik yang bersejarah bagi keluarga besar Institut Kesenian Jakarta. Setelah menyambut para mahasiswa baru dan berjumpa kembali dengan teman-teman seperjuangan akibat pandemi, IKJ menjadi lebih hidup dari sebelumnya. Dua acara yang diselenggarakan di bulan September lalu adalah bukti persatuan para mahasiswa dari seluruh fakultas yang semakin kuat.

Pada hari Jumat (16/9), HIMA Penyutradaraan dari Fakultas Film dan Televisi (FFTV) bersama dengan HIMA Teater dari Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) menyelenggarakan acara yang bertajuk “No(ngs)bar” di Teater Luwes, Institut Kesenian Jakarta.

Tiyas Bagus, selaku ketua HIMA Penyutradaraan pada saat itu, bekerjasama dengan Abigail Sekar Ayundari sebagai ketua HIMA Teater. Acara berlangsung dari pukul 16.00 WIB hingga 20.00 WIB.

Acara tersebut dipenuhi oleh para mahasiswa dari seluruh fakultas yang ikut menyaksikan penayangan sejumlah film pendek karya mahasiswa FFTV serta penampilan lakon oleh mahasiswa FSP. Sore itu, Teater Luwes dipenuhi oleh sorakan, canda tawa, dan keheningan dalam apresiasi terhadap karya-karya yang ditampilkan pada hari itu.

No(ngs)bar pun diakhiri dengan diskusi bersama seluruh pengisi acara. Sesi tersebut dibuka dengan pembahasan mengenai film pendek yang sudah ditayangkan bersama dengan sutradara serta pemainnya. Lalu, diskusi yang intens tentang sejarah dan misi dari kerjasama antara teater dengan film, khususnya di lingkungan IKJ, membuat acara menjadi lebih menarik.

Bagus mengatakan bahwa ada perbedaan yang bisa ditemukan di antara teater dan film, namun dua medium tersebut berbagi satu tujuan. Ia melanjutkan penjelasannya tentang bagaimana mahasiswa FFTV dan FSP sudah saling membantu satu sama lain. Pernyataan itu menjadi pendorong baginya untuk mempertahankan kolaborasi antara dua fakultas melalui acara tersebut.

“Awalnya sih karena keresahanku pribadi bahwa gue pengen kenal sama temen-temen fakultas teater. Kedepannya kalau kita bisa saling kenal, kayanya berkarya jadi lebih enak aja gitu,” ujar Bagus ketika menyampaikan tujuan dari terbentuknya acara No(ngs)bar.

Pekan Seni Kesasar (PSK) adalah pementasan karya terbaik dari para mahasiswa dalam setiap fakultas di IKJ yang diadakan pada Kamis (29/9) lalu. Rangkaian acara dipenuhi oleh berbagai bentuk karya seni di setiap sudut wilayah kampus.

Acara itu dimulai dari pembukaan pameran dari mahasiswa FSR dengan tema Damn Changing!: Transformasi demi Eksistensi di Galeri FSRD IKJ dari tanggal 27 September lalu hingga 6 Oktober nanti. Battle dance oleh mahasiswa FSP dipenuhi oleh penonton yang bersorak ria di pelataran Studio TOM. Di saat yang bersamaan, screening film untuk 20 film pendek karya mahasiswa FFTV di dalam Lobby FFTV juga menerima jumlah hadirin yang sama.

Screening film juga meliputi sesi tanya jawab bersama dua sutradara dari film-film yang sudah ditampilkan sebelumnya. Salah satu sutradara tersebut adalah Fajar Armas yang menggarap film Tokai.

“Gak nyangka jadi pembicara buat film Tokai. Ngiranya bakal rame-rame kedepan karena banyak film di sini yang bagus dan layak dibicarakan,” ucap Fajar ketika diminta tanggapannya terhadap kesempatan yang diterima untuk menjelaskan filmnya. Tokai adalah film pendek dengan genre komedi yang menceritakan tentang seorang penambal ban yang menaburkan paku di jalan untuk mencari pelanggan, namun sebuah motor yang membawa tangki sedot WC menerima akibatnya.

Setiap kegiatan dalam acara PSK membutuhkan persiapan yang matang dan waktu yang lama. Tyto Firstio, mahasiswa FFTV dan ketua panitia acara screening film, menjelaskan bahwa kegiatan ini sudah direncanakan dari awal bulan September, beriringan dengan minggu pertama tahun ajaran baru ini.

Tyto melakukan sejumlah sesi diskusi dan brainstorming dengan timnya untuk menamakan kegiatan tersebut sebagai Sidang Pintu yang merupakan singkatan dari Sinema Sedang Party Ini Itu. Ia memiliki harapan untuk tidak hanya Sidang Pintu, tetapi juga acara PSK secara keseluruhan.

“Acara ini dibikin untuk mengembalikan suasana offline, penuh acara, dan kepanitiaan dari semua angkatan,” ujarnya.

Dua acara di bulan September berhasil diwujudkan dan berjalan dengan lancar. Seluruh warga IKJ memberikan waktunya untuk meramaikan serta melestarikan budaya, ilmu, dan kemampuannya untuk terus berkarya. Ikatan antara setiap fakultas IKJ menjadi lebih dalam berkat pelaksanaan acara-acara momentum yang sudah dibuat maupun yang akan datang.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LIPUTAN

MINIKINO FILM WEEK 8: Post Festival Roadshow Jakarta

Published

on

MINIKINO FILM WEEK 8: Post Festival Roadshow Jakarta

Kamis, 10 Desember 2022

Post Festival Roadshow adalah sebuah acara penayangan kompilasi film pendek pemenang Minikino Film Week 8 (MFW 8) yang sempat dihelat pada 2-10 September 2022 oleh Minikino di Bali. Roadshow ini diselenggarakan di 8 kota: Aceh, Cirebon, Jakarta, Kupang, Padang Panjang, Palu, Tangerang, serta Yogyakarta dan berlangsung selama bulan Oktober-November. Teruntuk di Jakarta, penayangan bertempat di Goethe-Institut, tanggal 9 November 2022. Adapun acara ini didukung langsung oleh Kemendikbud, Dana Indonesiana, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)

Film-film pendek yang ditayangkan hadir dengan keberagamannya masing-masing. Penonton disuguhkan enam film pendek dari enam negara yang berbeda. WORK IT CLASS, Pol Diggler/Spanyol (MFW8 Best Programmer’s Choice), MORA MORA, Jurga Seduikyte/Lithuania (MFW8 Best Children Short), EYES AND HORNS, Chaerin Im/Korea Selatan (MFW8 Best Animation Short), ANGLE MORT, Lotfi Achour/Prancis (MFW8 Best Audio Visual Experimental Short), THE SOUND OF THE TIME, Jeissy Trompiz/Kolombia (MFW8 Best Documentary Short), serta WARSHA, Dania Bdeir/Lebanon (MFW8 Best Short Film of The Year 2022).

“Semoga tontonan malam ini bisa memperbaiki batin kita semua.”

Ucap Edo Mulia selaku festival director dari MFW 8 sesaat sebelum film pertama diputar.

Edo pun menjelaskan bahwa Minikino Film Week adalah festival film internasional yang memiliki fokus pada penayangan film pendek. Festival ini berlangsung setiap tahun dan sudah diselenggarakan sejak 2015. “Rata-rata tiap tahun kami menerima 900 film pendek yang pada akhirnya terkurasi menjadi 200 film” ucapnya.

Jika melihat dari laman resmi Minikino, perhelatan ke-9 Minikino Film Week (MFW 9) akan berlangsung pada 15 September 2023 sampai 23 September 2023. Untuk periode submisi filmnya sendiri akan mulai dibuka pada 1 Desember 2022 sampai 30 April 2023.

Di akhir acara, pihak Minikino melakukan sesi Q&A bersama para penonton selama kurang lebih selama 15 menit. Teman-teman volunteer penyelenggara Roadshow ini pun dikumpulkan di depan panggung selama sesi Q&A berlangsung. Teman-teman volunteer Post Festival Roadshow ini adalah teman-teman yang juga membantu penyelenggaran Minikino Film Week ke-8 September lalu. Dalam sesi QnA, Edo menjelaskan bahwa rangkaian acara Post Festival Roadshow akan ditutup di Aceh sebagai kota terakhir perhelatan acara ini yang akan berlangsung pada Jumat, 11 November 2022.

Micko Boanerges

Continue Reading

LIPUTAN

PIALA CITRA FFI 2022: Dedikasikan untuk Para Perempuan yang Penuh Citra, Karya dan Karsa

Published

on

PIALA CITRA FFI 2022

Piala Citra Festival Film Indonesia kembali diadakan pada tahun ini di tanggal 22 November 2022. Acara tersebut dihadiri oleh begitu banyak filmmaker dan pemain film Indonesia, diantaraya yang menerima nominasi untuk bakat serta karya film mereka masing-masing. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Festival Film Indonesia memiliki sejumlah kategori dengan para pemenangnya yang membawa pulang Piala Citra.

Pengumuman pemenang dimulai dari kategori Film Animasi Pendek Terbaik yang diraih oleh film Blackout karya sutradara Faiz Azhar dan diikuti oleh M. Reza Fahriansyah untuk Dancing Colors di kategori Film Cerita Pendek Terbaik. Gemailla Gea Geriantiana memenangkan piala untuk film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas sebagai Penata Busana Terbaik dan Eba Sheba menang untuk film Kadet 1947 sebagai Penata Rias Terbaik. Putri Marino sebagai Pemeran Pendukung Perempuan Terbaik dalam film Losmen Bu Broto dan Slamet Rahardjo Djarot untuk film Cinta Pertama, Kedua dan Ketiga. Ketika menemui para wartawan media di Press Room, Pak Slamet memberikan sebuah kata mutiara.

“Dari tahun 70 ya, sampai sekarang, saya masih berada di sini. Dan pesan saya cuma satu, karena banyak sekali sekarang, aktor dan aktris yang berpatuh saya cuma titip, cintailah pekerjaanmu jika kamu telah menetapkan hidup adalah profesimu,” ucap Pak Slamet. Beliau telah meraih Piala Citra 6 kali dan dua diantaranya adalah untuk kategori Pemeran Utama Pria di Festival Film Indonesia.

Penghargaan Khusus Dewan Juri Akhir untuk Film Cerita Pendek diberikan kepada film Membicarakan Kejujuran Diana karya sutradara Angkasa Ramadhan. Penghargaan berikutnya adalah kategori Penata Efek Visual Terbaik yang dimenangkan oleh Abby Eldipie untuk film Pengabdi Setan 2: Communion. Akhmad Fesdi Anggoro memenangkan kategori Penyunting Gambar Terbaik sedangkan Ricky Lionardi memenangkan kategori Penata Musik Terbaik, keduanya untuk film Before, Now & Then (Nana). Andi Rianto dan Monty Tiwa berkolaborasi dalam film Backstage yang mendapat penghargaan Pencipta Lagu Tema Terbaik. Selanjutnya, Piala Citra untuk kategori Penata Suara Terbaik diberikan kepada Mohamad Ikhsan dan Anhar Moha dalam film Pengabdi Setan 2: Communion.

Film Before, Now & Then (Nana) kembali memenangkan dua kategori berikutnya yaitu, Vida Sylvia sebagai Pengarah Artistik Terbaik dan Batara Goempar, I.C.S. sebagai Pengarah Sinematografi Terbaik. Batara Goempar merupakan salah satu alumni Institut Kesenian Jakarta. Rina Melati merupakan aktris senior yang sudah wafat dan memenangkan penghargaan Pengabdian Seumur Hidup untuk Film tahun ini. Keluarganya naik ke atas panggung untuk menerima Piala Citra sebagai perwakilan sambil menahan tangisan. Atas nama Almarhumah, Penghargaan Rima Melati dengan kategori Aktris Pilihan Penonton diberikan kepada Aghniny Haque dalam film Mencuri Raden Saleh.

Alumni sekaligus dosen aktif FFTV IKJ, Erina Adeline Tandian, berhasil meraih Penghargaan Tanete Pong Masak untuk kategori karya Kritik Film Terbaik dengan karya Perempuan Sebagai Ilusi: Politik Seksual Film Love for Sale.

“Sebab, sebuah film tidak berhenti sampai ketika film tersebut ditonton atau didistribusikan kepada para pemirsanya saja, melainkan dapat terus mengalir dalam bentuk tulisan meupun karya non-tulisan di era media baru ini dari para kritikus dan pengkajinya, yang nantinya hasil temuannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas perfilman Indonesia dan dunia agar semakin lebih baik lagi kedepannya,” ujar Erina ketika menerima Piala Citra di atas panggung.

Penghargaan Benyamin Sueb untuk kategori Aktor Pilihan Penonton diraih oleh Vino G. Bastian dalam film Miracle in Cell no.7, sementara Penghargaan Ratna Asmara untuk kategori Film Pilihan Penonton adalah film Mencuri Raden Saleh yang diproduksi oleh Visinema Pictures dan produser Cristian Immanuel. Kembali ke kategori umum yang tersisa, Makbul Mubarak berhasil meraih penghargaan untuk kategori Penulis Skenario Asli Terbaik untuk film Autobiography. Kategori Penulis Skenario Adaptasi Terbaik dimenangkan oleh Edwin dan Eka Kurniawan untuk film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Film Gimbal, karya alumni IKJ Sidiq Ariyadi, mendapatkan penghargaan untuk kategori Film Dokumenter Pendek Terbaik dan film Ininnawa: An Island Calling memenangkan kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik.

Rangkaian acara pun diakhiri oleh empat kategori utama. Tiga kategori yaitu Pemeran Utama Pria Terbaik, Pemeran Utama Perempuan Terbaik, dan Sutradara Terbaik dimenangkan oleh Marthino Lio, Ladya Cheryl, dan Edwin, secara berurutan, untuk film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Film Panjang Terbaik sebagai kategori terakhir dimenangkan oleh film Before, Now & Then (Nana).

Film Before, Now & Then (Nana) dan Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas berhasil mengumpulkan 5 Piala Citra masing-masing. Dengan pencapaian yang monumental ini, perfilman Indonesia senantiasa menunjukkan perkembangannya dalam industri. Namun, apresiasi tertinggi yang ditunjukkan oleh Festival Film Indonesia tahun ini adalah dedikasinya untuk para sineas perempuan yang penuh citra, karya dan kasih.

Sumber Gambar: Dokumentasi Majalah Aksi (M. Sulthan Bahri)

Continue Reading

LIPUTAN

Silang Media “Setelah Lewat Djam Malam”: Dua Media Satu Cerita

Published

on

Silang Media “Setelah Lewat Djam Malam”: Dua Media Satu Cerita

24/11/2022

Sebuah konferensi pers persembahan karya seni bertajuk CollaboNation yang diselenggarakan oleh kawankawan Media yang dihadiri oleh produser, sutradara, perwakilan kementiran kebudayaan dan para pemain.

Merupakan sebuah kolaborasi karya seni yang menyilangkan atau “mengawinkan” antara karya seni film dengan pertunjukan. Dimana dua karya tersebut dipersembahkan secara bersamaan namun dalam panggung pertunjukan.

Film yang disilangkan dengan pertunjukan disini mengambil dari karya film besar Indonesia klasik berjudul Lewat Djam Malam karya sutradara Usmar Ismail dan penulis Asrul Sani. Kemudian diberi judul Setelah Lewat Djam Malam hasil dari persilangan tersebut.

Yulia Evina Bhara selaku produser dari persembahan karya silang media ini mengatakan bahwa persembahan ini merupakan sebuah perayaan kesenian dan juga untuk mengingat sebuah karya film klasik Indonesia yang memiliki nilai estetika dan tema yang sangat penting untuk di masa itu bahkan masa kini dan untuk mempersembahkan kembali, namun dengan media yang baru dimana media yang digunakan untuk persembahan sekarang yaitu dengan menyilangkan seni film tersebut dengan seni pertunjukan.

Film ini sendiri menceritakan kisah ketika Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan Belanda. Pada masa itu, tentara masih berusaha menguasai keadaan dan menyelenggarakan jam malam di Kota Bandung.

Yudi Ahmad Tajudin selaku sutradara dari pertunjukan ini menjelaskan bahwa persilangan media ini berbeda dengan alih wahana. Dimana pada persilangan media ini, media sebelumnya yang digunakan adalah film, tetap hadir dan ikut dalam persembahan baru setelah disilangkan.

Sutradara melanjutkan bahwa pada persilangannya, media-media ini seperti berdialog dalam suatu persembahan dan keduanya sama-sama menjadi bagian utuh dalam penggung pertunjukan karya seni yang baru.

Lukman Sardi, salah satu pemain dalam pertunjukan, menambahkan bahwa persilangan media ini merupakan sebuah rentetan sejarah tentang kesenian yang mana ia cukup dekat dengan film yang diangkat dan sangat tertarik dengan konsep persilangan media ini.

Persilangan media ini tak hanya menghadirkan panggung pertunjukan namun juga berdampingan dengan film yang diangkat, dimana film akan mempengaruhi pertunjukan dan pertunjukan akan mempengaruhi film.

Pertunjukan silang media ini akan diselenggarakan pada tanggal 2 dan 3 Desember 2022 di Taman Ismail Marzuki (Graha Bhakti Budaya).

Idzhar Abdurroziq – Collaborator Majalah Aksi

Continue Reading

Trending

Daftar News